Oleh : Haris Al FariziPermata Hati Yang Telah Pergi
“Enggak kerja mas ?” Tanya Salimah dengan gayanya yang lincah dan centil seperti murai menari - nari di atas pagar..
“Lagi males” jawabnya.
“Daganganmu masih?” tegas Salimah kembali bertanya
“Habis mas tadi mas nggak pesan sih,,,,”
“Jadi Pin pin enggak sisain....”
Aku menangkapnya dengan rasa gundah yang mendalam, Aku khawatir ia salah pengertian dengan sikapku kepadanya,...
“Oooo.... cuma bercanda Kok Mah...”
Gadis kecil ini memang akrab dengan ku, Ia manja dan sering berada di sampingku, Ibunya meninggal saat melahirkannya,dan bapaknya tak punya waktu untuk sekedar menunjukan kasih sayangnya,dia pergi merantau dan tak pernah kembali,hanya neneknya saja yang mau mengurus dan mendidiknya,...
Setelah lulus SMP aku tidak melanjutkan sekolah karna tidak ada biaya, makanya sudah hampir setahun ini aku kerja membantu bapak mengurusi kebun karet milik orang.
Salimah adalah gadis kecil mungil tetangga rumahku. Rumahnya tidak terlalu jauh hanya beberapa meter saja, semenjak aku tidak melanjutkan sekolah waktu kosong memberiku banyak kesempatan untuk memanjakanya.
Pagi buta aku jemput pin pin di gubuk neneknya, ku ajak dia jalan jalan dan bermain, oh bahagianya hatiku memiliki adik lucu dan centil, dulu aku pernah sangat ingin mempunyai adik namun bapak bilang tidak usah,dengan alasan bapak terlalu miskin untuk menanggung biaya hidup keluarganya.
Dan seperti ku rasakan, Salimah hadir dengan cerah matanya yang membinar,mengisi kekosongan hatiku,dia gadis kecil yang lincah seperti murai yang tak henti hentinya menari ,ia menyukai sepak bola dan sering bermain dengan ku di lapangan,
Pada usianya yang ke 8 ia mulai berjualan empek empek dan saat itu usiaku baru 12 tahun, sebuah tampah besar tertumpu di atas kepalanya,tak serasi dengan badannya yang kecil mungil, bercelana sepanjang lutut,namun dengan kepercayaan dirinya empek,,.. empeek.... suara nyaringnya membelah di antara kicauan burung - burung di sepanjang jalan kampung,..
Aku selalu hendak menolaknya jika dia sisakan sepotong dua potong empek empek untuk ku yang dia buat bersama neneknya, karna ku pikir untungnya tak seberapa. “ Bapak tidak pulang pin?” tanyaku padanya . Kata nenek dia punya istri lagi di perantauan, jawab pin pin. Aku tercengang termenung sendiri, sekejam itu kah?. Pin pin malah menenangkanku,terbalik memang ,dan itulah kenyataan yang ku gambarkan tentang siapa Salimah.
Tapi hatiku menjerit dan merasa kasihan,melihat bagaimana seorang Salimah hidup sendiri yang hanya di temani neneknya yang sudah tua tapi di sisi lain aku bangga dan kagum kepadanya dia begitu tegar dan kuat menjalani hidupnya, dan dengan tangannya yang mungil dia sudah begitu lihai mengolah adonan empek empek. Enak juga saat aku merasakannya seraya menyelipkan selembar seribuan di balik nampannya, yang membuat mata jernihnya terbelalak.
“Enggak usah bayar!!” pinta Salimah
“ Mas tadi beli nggak minta...”Jelasku
“Enggakkk.....” Pin pin memberontak menolak uang pembayaran dari mas haris.
“Mah.....”
“Nggak... pokoknya nggak usah bayar ....mas nggak beli...” Suara Salimah serak,air matanya mengalir dari pelupuk matanya .
“Pokoknya mas nggak boleh bayar,mas adalah satu satunya orang yang aku sayang “
Badanku merinding mataku berkaca kaca.
“Mas juga sayang ...mas janji akan selalu berada di sisi Salimah.” Sambil aku peluk erat badan mungilnya....
Hampir setahun aku putus sekolah dan tahun ini aku mendapat tawaran untuk sekolah madrasah aliyah di jawa ,ada seseorang yang baik hati mau menanggung biaya sekolah ku,dan kupikir tidak ada alasan untuk tidak menerima tawaran itu kecuali Salimah.
Dia hanya terdiam di sepanjang siang setelah mendengar kabar itu,matanya sembab, air matanya tidak bisa di bendung lagi, ketika dia mengantarkanku di terminal, tangannya terus menggandeng tanganku erat seolah dia tidak mau melepaskan ku pergi,
Dan setelah beberapa menit menunggu akhirnya bis yang aku tunggu tunggu sudah datang. Aku mencoba berdiri namun Salimah semakin erat menggandeng tanganku,dan menatap ku melas mukanya sudah terliahat basah dan sayu...
“Imah ...” panggil ku
“Mas harus berangkat...” jelasku
“Bisnya sudah datang... “suaraku pun jadi serak
“Mas jangan pergi..” cegah Salimah, Air mata pun menetes dari kelopak matanya yang sayu.
“Mas harus pergi untuk menuntut ilmu agar nanti bisa menjadi orang sukses...” Jelas Haris pada Salimah. Akhirnya dengan berat hati Salimah pun melepaskan kepergianku. Aku tahu betapa sayangnya anak itu padaku. Karna selama ini aku sudah seperti kakak kandungnya sendiri.
Aku pun memeluk Salimah sebagai salam perpisahan seraya berbisik ‘’Imah harus kuat ya? harus belajar yang rajin biar nanti bisa nyusul mas di pulau jawa,mas tunggu Imah di sana.”
Salimah tidak ingin memberatkan langkahku untuk pergi ke pulau Jawa . Senyum merekah terbesit di dalam bibirnya yang manis. Walaupun masih ada kesedihan di raut wajahnya.
Aku benar terpana dengan semangat baja adikku ini ia begitu banyak menyimpan kenangan terindah di catatan kehidupanku.
***
Setahun setelah kepergianku, aku mendengar kabar bahwa neneknya Salimah meninggal . Aku terperengah kaku, dada serasa sesak , badanku gemeter lemas, pikiranku hanya terpaku kepada nasib Salimah membayangkan bagaimana anak seumuran Salimah harus kehilangan orang yang dia cintai, ibu, bapak, aku, dan kini neneknya harus pergi meninggalkan selamananya.
Ku tahan air mata ini agar tidak menetes . Aku hanya bisa berpasrah dan menghening bermunajat pada yang Kuasa.
ya Allah Ya Rahim…
Ampunilah dosa hamba dan dosa orang-orang terdekat hamba
Jangan biarkan si bungsu dalam sebuah penderitaan
Berikanlah ketabahan dan kekuatan pada dirinya
Agar tegar menjalani kehidupan ini.
Bimbinglah dirinya selalu dalam jalanMu.
Mudahkanlah setiap langkah dan urusan yang dia hadapi.
Ya Allah yang Rahman…
Kuatkanlah dirinya dalam menjalani bahtera kehidupan ini.
Semoga rezeki selalu kau limpahkan untuknya.
Nuansa hening menyelimuti malam ini dalam bermunajatku. Aku hempaskan nafas yang kini tersendat dalam kerongkongan. Air mata jatuh menetesi sajad biruku.
***
Sudah hampir 3 tahun aku sekolah di jawa dan ilmu keislamanku alhamdulillah sudah lumayan baik dan sedikit mengerti mana yang ma’ruf dan mana mungkar. Bahkan aku sempat menjabat sebagai ketua rohis disekolahku .
Setelah lulus dari Madrasah Aliyah Negeri 1 Surakarta. Aku pun kembali ke kampung halamanku yang meninggalkan begitu banyak kenangan- kenangan indah semasa kecilku dulu. Masih teringat dalam memoryku ketika masa kecil dulu hal yang paling aku sukai bergelut dengan lumpur,menukik bola, dan bermain layang layang tanah lapang yang dekat dengan persawahan. Namun ketika aku kembali ke bumi pertiwiku tanah lapang itu sudah berubah menjadi bangunan perkantoran yang megah. Sawah-sawah yang hijau kini menjadi bangunan-bangunan perumahan mewah . Dalam benakku bertanya gadis kecil imut itu sekarang bagaimana keadaannya.
Perjalanan Jauh aku tempuh dari Jawa ke Sumatera. Lelah tubuh ini segera kurebahkan di atas kasur ku . Tiba-tiba mataku tertuju pada sosok yang mulai meninggalkan mungilnya di samping rumah, matanya terbinar cerah saat melihat kedatanganku, terbayang olehku semangat yang menyala - nyala dan tampak sebakul cucian yang siap di jemur . Aku tanpa hirau kondisiku yang capek bergegas menghampiri gadis mungil itu ingin rasa indu yang sudah tak tertahankan.
Hempasan angin membelai wajahku yang masih letih. Terbesit Tanya dalam diriku . Salimah itu bukan mahromku. Dan juga bukan adik kandungku.
Aku bergumam ,sesuatu yang ganjil ku rasakan,karana dulu tak pernah berpikir tentang itu. Salimah bukan adik kandung ku , ia hanya seseorang tetangga yang aku anggap adik sendiri, kini pasti dia sudah dewasa. Aku harus bisa menjaga rasa ii. Bukan lagi anak kecil yang masih mungil seperti dulu.
Salimah kini tumbuh menjadi gadis remaja. Yang bisa menata diri menjadi lebih baik lagi. Dan kini Salimah sudah bekerja sebagai pelayan restoran. Meskipun dia harus meninggalkan bangkus sekolah SMA. Karakter dia tak pernah berubah . Cengeng dan menggemeskan bagi setiap orang melihatnya. Tapi ada satu hal yang berubah. Kini dia berjilbab inilah yang membuatku semakin cinta. Tapi dia sudah ku anggap seperti adikku. Tak mungkin aku menaruh rasa padanya. Aku tak mau menodai persaudaraan ini .
***
Lulus dari Madrasah aku melanjutkan study ke salah satu perguruan tinggi negeri agama islam yang ada di kota Surakarta. IAIN Surakarta sebuah kampus yang terletak di pertengahan kota Kartasura. Bisa dikatakan kampus itu belum banyak yang tahu. ya... letaknya yang berada di tengah-tengah desa bukan di pinggiran desa. Oleh karena itu begitu banyak orang yang belum tahu kampus hijau itu.
Ketika aku mendaftar di IAIN aku mengambil Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam. Tahun angkatanku rata-rata banyak yang mengambil jurusan pendidikan. katanya menjadi guru saat ini sudah terjamin dari pada masa dulu. kehidupan sebagai seorang guru sudah mulai di perhatikan pemerintah. akan tetapi masih minimnya perhatian pemerintah terhadap sekolah yang berada di daerah terpencil. Dan guru yang mengajar disana pun juga kurang begitu mendapat perhatian dari pemerintah pusat. Sebut saja di daerah pedalaman misalnya di tanah kelahiranku, Sumatera. Jauh dari sarana prasarana yang memadai,sehingga rata-rata para muridnya jauh tertinggal dengan perkembangan Teknologi Informasi. Seharusnya hal ini menjadi PR pemerintah. Jangan yang hanya di kota saja yang di perhatikan , daerah yang berada di pelosokpun juga harus di sentuh.
Harapannya setelah aku menuntut ilmu di tanah jawa ini suatu saat bisa ku bawa ke daerahku. Ku ingin mengabdi di daerahku sana. Membangun kembali pendidikan yang ada di daerah Sumatera. Aku tak akan sia-siakan kesempatan ini untuk belajar apapun di pulau Jawa ini.
Selama menjadi mahasiswa aku tidak hanya saja belajar ilmu agama. Aku pun juga aktif di organisasi kemahasiswaan untuk mengasah skill dan kemampuanku dalam berkomunikasi dan melatih sosialku. Pertama kali aku masuk di IAIN Surakarta aku tertarik dengan salah satu UKM. Ketika aku daftar aku di sapa ramah oleh kakak-kakak mahasiswa bahkan aku di bantu. Mulai dari pengisian formulir pendaftaran bahkan sampai kos pun aku dibantu mencarikan. Ternyata kakak-kakak itu aktivis dari UKM Lembaga Dakwah Kampus ( LDK ). Kalau di Madrasah dulu namanya seperti kerohanian islam. Aku sempat bertanya kepada salah satu kakak yang aktif di LDK namanya Akhi. Kak inikan kampus islam kok ada LDKnya. Bukankah di kampus islam itu pemahaman tentang keislaman yang bagus. Suatu pertanyaan yang terbesit di dalam diriku. Iya ini kampus islam dik. Tapi rata-rata yang kuliah disini lulusan dari sekolah Umum. Dan kalau dari segi keilmuan keagaamaan islam pastinya mereka tidak sebaik lulusan dari Madrasah. Oleh karena itu kita hadir untuk membantu teman-teman yang dari sekolah umum. Mulai dari kegiatan BTA bahkan sampai wawasan tentang keislaman. Jelas kak Akhi padaku. Dari penjelasan itu aku mulai paham tentang keberadaan lembaga dakwah kampus.
Belum ada rencana menikah ahk? Tanya syafi,i temenku,penuh selidik,,aku tak berkesempatan menjawab apapun, karena memang hanya satu jawaban yang pantas ‘’ segeralah menikah untuk membersihkan diri,..
Aku merenung dan tiba tiba aku di bentangkan keragu raguan tentang kesiapan yang belum tergambar di benakku,akhirnya ku tenggelamkan keraguanku dalam istikhoroh panjangku,mencari kepastian tentang perenunganku yang sekian.pin ya pin,.... dia tergambar remang remang dalam istikhorohku yang pertama namun aneh dalam istikhorohku yang ke dua dan selanjutnya aku bermimpi meminang seorang wanita sholehah indah cahyati ya indah panggilan akrabnya seseoarang yang suadah aku kenal lama di kapus...
Dan akhirnya bahwa indahlah yang alloh kasih untukku ,maka tak sampek setahun aku pulang dan mengutarakan niat ku. Namun bapak dan ibuku membrondongiku dengan pertanyaan yang mengerubungi kepalaku ,;MENIKAH? Emang pin-pin sudah bersedia?
Otakku seperti terhantam batu ‘’ kenapa pin pin? Dan barulah ayahku menjelaskan kesalah pandangan salama ini tentang aku dan pin...
Dan begitulah yang ku rasa kemudian bahwa pin pin menaruh begitu bayak harap atas aku,padahal indah juga menunggu,tak bisa yang lain karna dialah yang di hadirkan alloh untuk ku,akau akan tetap menghitbahnya..
Tidak menunggu lama walimahpun berlangsung.pin pin dia datang di walimahan, dia bergaun hitam dengan mata bercucuran,aku tak kuasa menemuinya karana kecaman rasa bersalah yang begitu besar,sebuah kado ia berikan kepada istriku yang tak mengerti masalah sebenarnya.
Malamnya baru aku buka kado itu dengan hati yang tak kuasa ku kendalikan .sebuah cermin berpigura khas sumatra dan sebuah tulisan yang di tulis pada kertas yang di letakkan di sudut cermin yang retak memanjang ‘’ cermin dalam hidupku hanya satu mas .dan dia telah retak,’’ tak ada cermin retak yang bisa di sambung lagi bukan? Maka biarkan dia luruh terbawa zaman atau terbuang di sudut yang jauh di laut enteh berantah.
Aku menangis....
istriku memandangiku lekat sambil menimang cermin itu
“MATSNA’’ mas... kata istriku pelan di telinganku, mas bisa membinanya ,
Deg.... aku terperengah apa?aku menikah lagi? Namun, matsna. mungkinkah? Mungkinkah aku beristri dua di usiaku yang sedinin ini.lagi pula aku tak punya kekayaan cukup yang menjaminku
.alloh akan mencukupkan balas istriku cepat,meyakinkanku,
Ya alloh begitu luas hati wanita ini meski sempat aku liha ada tetesan air mata yang segera ia hapus dengan jari telunjuknya...
Namun bagimana denganmu dik? apakah adik rela cintaku denganmu aku bagi dengan yang lain?
Aku ihklas mas,jawab istriku.. walaupun berat tapi sebagai seorang yang paham agama tak selayaknya aku menghalangi mas untuk mengamalkan syariat alloh,insya alloh aku akan bersabar mas,bahkan aku merasa bangga dan senang ketika banyak orang tidak bisa dan takut tapi aku sanggup melewatinya, mas adalah orang sholeh,cakep,pintar,penyabar.
dan aku juga tidak boleh egois,menginginkan mas hanya untu diriku saja, aku ingin berbagi mas,memberi kesempatan orang lain memiliki seorang suami yang luar biasa,seperti mas, aku ihklas mas...
Kata kata itu seolah menjadi mutiara penerang qolbuku,betapa luas dan luar biasanya istriku ini,mendengarkannya seolah keragu raguan dalam diriku hangus dan meleleh berubah menjadi sebuah keyakinan yang penuh kekutan iman,beginilah seharusnya seorang istri,selalu menguatkan dan memberi semangat di kala suaminya sedang menghadapi kebimbangan,dan meneguhkan keimanan di kala futur,....
Insya alloh dik,...
Mas akan berusaha,..
Adik juga bantu mas ya, untuk membimbingnya kelak...
Insya alloh mas,,...
Ku peluk erat istriku,ku rasakan kenyamanan yang luar biasa besar,bangga dan takjup,dan inilah jawaban kenapa alloh memilihkan dia untukku,ternyata ini yang allo rencanakan untuk hidupku,,..
Akhirnya keesokan harinya aku dan istriku berangkat ke rumah pin pin untuk menawarkan niat kami berdua,dan ku lihat permata kecilku tersenyum setelah mendengar permintaan istriku,dan dia langsung memalingkan pandanganya ke arahku dan aaaaaaku bersedia mas jawan pin terbatab-bata,......
Alhamdulillah...
Allohuakbar......